Selasa, 11 Desember 2012

Air dan Kehidupan

Air…unsur utama bagi kehidupan manusia di bumi ini. Ketika kita mampu bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tapi tanpa air, jelas manusia akan mati. Air haruslah diberlakukan sebagai sesuatu yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap pencemaran. Tapi kenyataan yang kita sering lihat adalah, air selalu dihamburkan, dicemari, bahkan air disia-siakan. Perlu diingat, volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65 % dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh ma­nusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5 %, tulang 22 %, ginjal 82,7 %, otot 75,6 %, dan darah 83 %. Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Tak perlu beranjak jauh keluar dari pusat ibukota Indonesia, untuk melihat bagaimana air sangat berperan dalam kehidupan manusia. Jakarta Utara, yang terletak di pesisir Utara ini tak bisa menikmati air bersih dari tanah. Air di wilayah ini sudah bercampur dengan air laut. Untuk kebutuhan air bersih, masyarakat harus menikmati dari perusahan air minum yang melayani ibukota. Dengan tarif tinggi, terkadang aliran air baku bersih yang diterima masyarakat tidak sepadan. Aliran air baku terkadang kecil, sementara masyarakat butuh air baku untuk kehidupan sehari-hari. Untuk menyiasatinya, mereka akhirnya membeli air dari tukang-tukang air yang selalu menjajakan dengan cara berkeliling. Ironi memang, di tengah pembangunan kota, pemerintah sepertinya melupakan ketersediaan air baku bagi kehidupan masyarakat. Air baku yang mereka beli hanya digunakan untuk masak, sementara untuk aktivitas lainnya sehari-hari, mereka mengandalkan air baku yang sudah bercampur dengan air laut. Kegelisahan masyarakat akan jelas terjadi ketika musim kemarau tiba, jelas pasokan air baku dari tanah dan perusahaan air minum akan berkurang. Mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli air yang menjadi sumber kehidupan mereka. http://www.youtube.com/watch?v=0MWNZB4mZGQ&feature=plcp Melompat jauh ke wilayah Nusa Tenggara Timur, tepatnya di desa Namfalus, Koba Lima, Kabupaten Belu, masyarakat di sini benar-benar tak bisa menikmati air bersih. Air bersih seperti emas. Harga yang dipatok untuk satu tangki air bersih, bisa mencapai 1 juta rupiah. Daerah tandus ini hanya bisa memanfaatkan mata air yang berada di bukit-bukit dengan jarak puluhan kilometer dari kampung-kampung mereka. Anak-anak dan kaum ibu berbondong-bondong di pagi hari menuju mata air hanya untuk memenuhi kebutuhan air untuk memasak setiap harinya. Karena jumlah air yang keluar sedikit, mereka setiap hari hanya bisa mengambil 2-3 liter air. Air yang keluar pun tidak bersih, warnanya keruh karena bercampur dengan tanah di sekitarnya. Tapi itulah yang digunakan masyarakat di kampung yang terletak di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste ini. Karena mengkonsumsi air tersebut, banyak anak-anak yang menderita penyakit pencernaan kronis. Untuk mandi, cuci kakus, mereka mengandalkan sungai-sungai yang melewati kampung-kampung mereka. http://www.youtube.com/watch?v=5Pp1SgX41v0&feature=plcp Di desa Silawan, Kabupaten Belu, fasilitas-fasilitas penampungan air bersih yang dibangun oleh pemerintah Indonesia, kini berada di wilayah negara Timor Leste. Mereka harus menyeberang perbatasan kedua negara hanya untuk mendapatkan air bersih. Untuk urusan air, masyarakat yang tinggal di perbatasan kedua negara ini saling mengerti. Masyarakat Indonesia diperbolehkan mengambil air bersih di wilayah Timor Leste, itupun dibatasi waktunya. Saat malam harilah, masyarakat diperbolehkan mengambil air. Walau beda negara, mereka tetap dipersatukan, dipersatukan oleh satu kebutuhan AIR BERSIH…. Jadi kita yang terkadang menikmati limpahan air bersih, jangan lupa pada saudara-saudara kita yang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Jangan pernah menghambur-hamburkan AIR…….