Rabu, 15 Desember 2010

Tas Koper President

Tas Koper President

Bagai sebuah magnet, tas adalah pilihan utama bagi kalangan fashionista yang rajin mengikuti perkembangan mode. Tas adalah kebutuhan utama, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Tahun 1970, di beberapa daerah terjadi kerusahan dan amuk massa anti Cina. Bangsa Indonesia tengah berada dalam musim transisi. Pada masa Orde Baru, penguasa berusaha meyakinkan dan memberikan paham yang sekiranya berbanding lurus dengan agenda kekuasaannya. Akibatnya, banyak terjadi eksodus orang-orang Tionghoa.

Tapi tidak dengan Johan Iskandar. Bersama keluarganya, Johan mendirikan usaha pembuatan tas koper dibawah naungan PT Continental Plastik. Usaha ini dikembangkan di Indonesia, setelah prinsipal tas koper merek President bangkrut.

Pada perkembangannya, di tahun 80-an, tas koper President mulai diproduksi secara massal di Indonesia dengan nama PT Continental Panjipratama. Pabrik dipindahkan, dari kawasan Bandengan, Jakarta Utara, ke daerah industri Tegal Alur, Jakarta Barat. Saat itu, pabrik hanya memproduksi satu jenis tas, yaitu tas kantor.

Pada masa jayanya di tahun 80-an, tas koper President adalah produk anak bangsa yang paling banyak dicari orang. Tas hitam ini menjadi trend tersendiri di segala kalangan. Dari mulai anak sekolah hingga kelas para pekerja.

Proses Produksi

Pembuatan tas koper President memang cukup rumit. Bahan baku didatangkan langsung dari luar negeri.

Lembaran-lebaran film digunakan sebagai bahan dasar untuk body tas. Lembaran film dimasukkan ke dalam mesin pencetakan khusus. Body tas pun terbentuk.

Body tas yang sudah terbentuk harus masuk dalam proses quality control, pinggiran body tas harus dipotong sesuai mal yang tersedia. Sisa-sisa potongan itu nantinya akan dimasukkan kembali ke dalam mesin, untuk didaur ulang.

Tas koper President memang memiliki body yang kuat. Para pekerja membuat frame dari lempengan alumunium untuk memperkuat tas koper. Frame harus sesuai dengan bentuk body, dibutuhkan ketelitian pekerja dalam pembuatannya. Frame yang sudah jadi dimasukkan ke mesin oven, tujuannya agar tak mudah patah ketika dipasang. Baru kemudian, masuk ke dalam mesin pewarnaan.


Material bahan yang sudah terbentuk masuk ke bagian assembling. Semuanya dijadikan satu hingga terbentuk tas.

Tas koper yang sudah jadi, harus dites ketahanannya. Pekerja di bagian quality control memukul pinggiran tas menggunakan palu. Produk tas harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan sempurna.

Tas koper President, memang tak lagi menjadi trend di tanah air. Mereka mengepakkan sayap ke luar Indonesia. Kini, Johan tak hanya memproduksi tas kantoran, tapi berbagai varian tas travel. Di dalam negeri, mereka malah kalah bersaing dengan tas-tas koper asing merek terkenal.

Ironi memang, tapi begitulah kenyataannya. Johan dan pekerjanya harus membuktikan, bahwa tas produksi anak bangsa ini harus tetap hidup. Ia tak lekang ditelan jaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar